Friday, December 11, 2009

Menjual Sejarah dan Kepahlawanan


Siapa bilang tujuan wisata hanya berupa tamasya alam yang menawan atau hasil karya budaya-baik yang tradisional atau yang modern? Cerita sejarah dan kepahlawanan juga layak dijual, bahkan menarik disimak. Asal saja, dikemas apik dan cerdas.

Tengok misalnya bagaimana Taiwan menghargai Bapak Bangsanya. Katanya, bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya. Nah, bangsa Taiwan memiliki Chiang Kai-shek Memorial Hall yang kini menjadi salah satu obyek turisme.

Mengingat jasanya yang begitu besar untuk membangun dan menjadikan Taiwan sebagai salah satu negara modern di Asia, wafatnya Chiang Kai-shek pada 5 April 1975 membuat bangsa itu sangat kehilangan. Hanya berselang dua bulan, seluruh lingkaran masyarakat akhirnya sepakat dengan gagasan untuk mendirikan sebuah tempat kenangan sebagai wujud penghargaan kepada sang pemimpin.

Selanjutnya, pemerintah mengumpulkan gagasan dari arsitek-arsitek Taiwan baik di dalam maupun luar negeri, dan akhirnya pilihan dijatuhkan pada konsep yang ditawarkan Yang Zhao-cheng. Pada 31 Oktober 1976, peletakan batu pertama pembangunan Chiang Kai-shek Memorial Hall dilakukan. Dibutuhkan waktu sekitar empat tahun untuk merampungkan pembangunan dan pada akhir Maret 1980 proses konstruksi pun selesai. Bangunan ini dibuka secara resmi kepada publik pada 5 April 1980.

Asri

Chiang Kai-shek Memorial Hall dapat dicapai naik bus atau naik MRT. Jika naik MRT, pengunjung dapat keluar di Exit 5, Chiang Kai-shek Memorial Hall Station.

Lebih dari sekadar tugu peringatan, kompleks seluas 250 ribu meter persegi ini mencerminkan kekayaan dan kebijaksanaan budaya China, seperti tercermin dari konsep desain dan arsitekturnya. Tengok saja misalnya pintu masuk Liberty Square Gate yang megah.

Menghadap ke Jhongshan S Road, Liberty Square Gate merupakan pintu masuk yang terbesar di Taiwan. Gerbang ini menghadirkan bangunan yang terdiri dari lima pintu, enam pilar, dan sebelas tingkatan. Berdiri kokoh setinggi 30 meter, gerbang ini memiliki atap berwarna biru dan pilar berwarna putih, yang disesuaikan dengan permainan warna dari keseluruhan kompleks memorial hall.

Sekeliling kompleks yang berhadapan dengan jalan Sinyi Road, Hangjhou S Road, dan Aiguo E Road sepanjang 1.200 meter dibangun koridor. Jendela khas China berbentuk lentera tampak di sepanjang dinding setiap sekitar lima meter. Ada empat paviliun yang dibangun untuk menghubungkan setiap sudut koridor dengan bentuk menyerupai gerbang, yakni atap biru dan pilar putih.

Memasuki halaman kompleks, suasana anggun yang asri menyergap dengan kehadiran taman dan kolam. Ada dua kolam tempat di hadapan kedua sisi memorial park, yaitu Yun-han Pond dan Guang-hua Pond. Kedua kolam berbentuk tidak beraturan dengan luas total 3.000 meter persegi. Keasrian lingkungan berpadu serasi dengan kemegahan yang terasa ketika berjalan menyusuri Democracy Boulevard menuju gedung utama memorial hall.

Area terbuka ini dapat dimanfaatkan untuk beragam aktivitas. Mulai dari sekadar menikmati pemandangan dan suasana, olahraga ringan, atau menyerap keteduhan hijaunya tumbuh-tumbuhan dan bonsai di taman. Sungguh merupakan tempat yang menenangkan dan mengembalikan kesegaran setelah bertikai dengan pikuknya suasana kota.

Sarat makna

Sementara itu, bangunan utama berupa aula tempat terdapatnya patung sang pemimpin, tegak berdiri setinggi 70 meter dan terbuat dari dinding marmer putih. Bangunan ini sarat dengan ornamen dan bagian yang penuh makna. Tengok misalnya atap oktagonal berwarna biru yang bentuknya menyerupai "Ren" yang berarti "manusia" dan menunjuk langsung ke langit. Dalam budaya China, hal ini merupakan lambang yang mencerminkan harmoni antara manusia dan alam.

Sementara itu, altar dengan bunga-bunga berwarna merah di depan aula berpadu indah dengan bangunan tersebut. Sangat bersesuaian dengan bendera nasional Taiwan yang menggemakan lagi pesan tentang kebebasan, persamaan, dan filantropi. Sementara itu, setiap elemen struktur juga memiliki arti dan pesan, seperti misalnya tangga masuk yang berjumlah 89 anak tangga, yaitu usia Chiang ketika wafat.

Selain patung Chiang Kai-shek yang megah, memorial hall ini juga berisi benda-benda bersejarah di mana pengunjung dapat mengenal lebih jauh pemikiran dan kehidupan sang pemimpin. Di dalam gedung utama juga terdapat galeri seni dan tempat pameran yang kerap dipakai untuk kegiatan-kegiatan seni.

Selain gedung utama, ada dua gedung lagi yang terletak berhadapan, tak jauh dari gerbang utama Liberty Square Gate, yaitu National Concert Hall dan National Theater. Di kedua gedung ini, kerap diadakan berbagai kegiatan.

Mengingat banyaknya tempat yang dapat disimak di dalam kompleks ini, ada dua rute yang dianjurkan buku panduan. Yang pertama, pengunjung dapat memulai dari salah satu gerbang yaitu Great Loyalty Gate, kemudian mengagumi bangunan memorial hall, dilanjutkan menyusuri ruang-ruang pameran yang memuat benda-benda bersejarah, terus ke galeri-galeri, baru masuk ke ruang patung dan berakhir di memorial park. Sementara, rute yang lain adalah kebalikannya, dimulai dari memorial park dan berakhir di gerbang Great Loyalty Gate. [ACA]

Tulisan ini dimuat juga di Kompas, Senin 14 Desember 2009. Perjalanan dilakukan Maret 2009.

No comments: