Wednesday, September 02, 2015

Berpose ala Glico Man di Dotonbori


Ada sejumlah kebiasaan yang dilakukan di tempat-tempat wisata tertentu. Dan, kalau belum melakukan hal tersebut, kok kayaknya ada yang kurang. Belum afdal, katanya.

Misalnya saja, kalau berkunjung ke air mancur Trevi di Roma, Italia, jangan lupa untuk melemparkan koin ke dalam kolam. Melemparkannya pun harus dengan cara yang spesifik, yaitu dengan berdiri membelakangi kolam, lalu koin harus dilempar menggunakan tangan kanan melalui bahu kiri. Jumlahnya juga spesifik, yaitu tiga koin. Mengapa tiga? Karena, katanya, koin pertama akan membuat kamu datang lagi ke Roma, koin kedua akan memastikan cinta yang baru, dan koin ketiga akan memastikan pernikahan.

Ribet amat yak? Terlepas dari masuk akal atau tidak, cerita ini terus hidup dan setiap hari selalu ada saja orang yang melakukannya. Rasanya belum sah ke air mancur Trevi kalau belum melempar tiga koin ke kolam. Bayangkan saja, diperkirakan setiap hari ada sebanyak 3.000 euro koin yang dilemparkan, atau setara dengan Rp 47 juta. Busyet banget nggak tuh?

Nah, bicara soal kebiasaan ini, kalau kamu berkunjung ke Dotonbori, di kawasan Namba, Osaka, jangan lupa bergaya seperti Glico Man.

Dotonbori merupakan salah satu tujuan wisata populer di Osaka. Di kawasan ini terdapat sebuah kanal dan Dotonbori adalah sebutan untuk kawasan di seputar kanal itu. Kawasan ini terkenal antara lain sebagai tujuan wisata kuliner. Kalau mau cari hidangan favorit lokal, seperti okonomiyaki atau takoyaki, ya di Dotonbori ini tempatnya. Selain itu, salah satu menu favorit adalah kepiting raksasa. Restoran yang menjual kepiting raksasa ini, Kani Doraku, memajang kepiting raksasa berwarna merah. Kepiting ini dapat menggerak-gerakkan tangannya. Begitu mencoloknya kepiting ini, sehingga menjadi salah satu landmark kawasan Dotonbori.

Sementara itu, yang disebut Glico Man sebenarnya gambar seorang pelari di lintasan berwarna biru pada papan reklame yang sangat besar. Ceritanya ia sudah mencapai finis sehingga mengangkat kedua tangannya. Sementara itu, ia masih dalam posisi berlari, sehingga salah satu kakinya terangkat. Terlebih pada malam hari, ketika lampu-lampu neon sudah dinyalakan, si Glico Man ini akan tampak sangat menonjol.

Posenya yang tidak biasa itu membuat banyak orang berusaha meniru dan berfoto dengan latar belakang si Glico Man. Posisi ideal untuk berfoto adalah di atas jembatan yang melintasi kanal. Saat kami mampir di sore hari, Dotonbori belum terlalu ramai. Jadi lumayan bisa leluasa untuk berfoto-foto. Setelah berfoto, sah sudah berkunjung ke Dotonbori.
Sebenarnya siapa sih si Glico Man ini? Nah, ternyata ini adalah reklame untuk permen karamel Glico. Ini adalah salah satu produk pertama dari perusahaan permen Ezaki Glico. Papan reklame ini sendiri sudah dipasang sejak 1935. Jadi, sepanjang usianya yang sebentar lagi sudah seabad, si Glico Man ini tidak berubah. Meski demikian, lampu neonnya beberapa kali diubah sehubungan dengan event-event besar, antara lain Piala Dunia dan untuk mendukung tim bisbol kebanggaan Osaka, Hanshin Tigers.

Tak jauh dari lokasi papan reklame, di Shinsaibashi, dapat dijumpai penjual permen Glico. Permen ini juga menjadi salah satu oleh-oleh khas Osaka, utamanya Dotonbori.

So, kalau lain kali berkunjung ke Osaka, jangan lupa mampir di Dotonbori dan berpose seperti Glico Man.

No comments: