Friday, August 28, 2015

Gachapon yang Bikin Penasaran

Apa hal yang paling ingin dilakukan Jeremy di Jepang? Ternyata ada dua, melihat patung Hachiko dan ... membeli gachapon.
Nah, buat Anda yang mungkin belum familier, gachapon atau gashapon merupakan mainan figurin atau model karakter film-film animasi Jepang. Bentuknya kecil saja, umumnya seukuran genggaman tangan. Mainan ini dikemas dalam wadah plastik berbentuk kapsul bulat. Terus, apa menariknya
dan mengapa tidak beli di Indonesia saja?

Yang membuat menarik karena si gachapon ini dijajakan di vending machine. Kita memasukkan koin lalu memutar tombol, voila... si mainan dalam wadah ini pun keluar. Tidak tahu juga apakah mesin seperti ini ada di Indonesia.
Menurut temannya Icha, nama “gachapon” muncul dari suara tombol yang diputar, “Gacha... gacha...” terus ketika mainannya keluar, “Pon...” Hahaha. Beda kali ya pendengaran orang Jepang dengan orang Indonesia. Kalau di telingaku sih bunyinya, “Kreek... kreek...” terus keluarnya, “Plung...”. Tapi, repot juga kalo namanya berubah jadi “krekplung”. Oke, cukuplah bagian yang tidak penting ini. Tapi, Wikipedia juga setuju, nama tersebut diambil dari suara tombol yang diputar.
Biasanya, di tiap vending machine sudah disebutkan, ada karakter apa saja yang terdapat di mesin tersebut. Masalahnya, kita tidak pernah tahu, yang mana yang akan keluar. Jadi, kayak judi, untung-untungan kalau kebetulan karakter yang kita inginkan keluar.
Hal ini yang membuat pembeli gachapon penasaran. Selain ingin tahu mainan mana yang keluar, pasti penasaran kalau mainan yang diinginkannya tidak keluar-keluar. Tidak sedikit cerita ada orang yang sudah mengumpulkan banyak gachapon tapi masih terus mencoba karena karakter yang diinginkannya belum dapat. Padahal, menurut pikiran sederhanaku, bukankah lebih mudah ke toko mainan saja dan langsung membeli karakter yang diinginkan?
Tapi, gachapon memang dibuat untuk bikin penasaran. Jeremy pertama kali mengetahui gachapon saat menonton sebuah film animasi di Animax—lupa judulnya. Tapi, di episode yang ia tonton memang bercerita tentang seorang anak yang penasaran tidak juga mendapatkan karakter yang diinginkannya, padahal koin yang dimilikinya sudah habis.
Setelah itu, kami pernah menonton salah satu episode di Waoryu Only in Japan tentang fenomena gachapon. Gara-gara itu, Jeremy penasaran dan bolak-balik bilang bahwa kita harus mencari mesin gachapon begitu tiba di Jepang. Menurut sumber-sumber yang kami baca, mesin gachapon ini banyak terdapat di kawasan otaku, di Akihabara kalau di Tokyo atau di Nipponbashi (Denden Town) kalau di Osaka. Kedua daerah ini terkenal sebagai pusatnya elektronik, manga, anime, dan segala-sesuatu-sejenisnya.
Makanya, setiba di Osaka, kami bertanya kepada temannya Icha dan suaminya, bagaimana cara ke Denden Town. Dan, ciloko molopetokonya, dia sama sekali tidak tahu tentang Denden Town. Sedikit info, temannya Icha ini memang kerjanya berpindah-pindah. Dia baru saja beberapa tahun kembali ke Jepang setelah lama bertugas di Inggris. Jadi, harap maklum—walau aku rada surprise juga.
Ketika ditanya lebih jauh, apa yang sebenarnya dicari, barulah temannya Icha paham. “Wah, kalau itu ada di mana-mana. Di setiap supermarket biasanya ada. Anak-anak kalau diajak belanja, pasti minta beli itu.” Nah...
Terbukti, ketika kami kemudian menyusuri Shinsaibashi, pusat perbelanjaan dekat Dotonbori, terdapat mesin gachapon nyempil di antara toko-toko. Tidak banyak memang, tapi cukup membuat Jeremy girang. Dia langsung mencoba peruntungan. Oya, satu gachapon harganya 300 yen (sekitar Rp 33.000 dengan kurs Rp 110). Jadi, butuh 3 koin 100 yen.
Ternyata, ini jadi kebiasaan. Jadi, selama di Jepang, setiap kali ketemu mesin gachapon, Jeremy pasti minta duit. Entah karakter apa saja ia kumpulin. Kami menjumpai mesin gachapon di depan konbini di Odaiba, di antara deretan toko di Jalan Takeshita-Harajuku, dan terakhir di depan sebuah supermarket di Osaka. Total Jeremy mengumpulkan lima gachapon, masing-masing karakter dari Yokai Watch, Gundam, Mario, Ultraman, dan satu lagi tokoh superhero Jepang. Aku pun dipaksanya untuk mencoba dan dapat karakter ninja.
Sepulang ke Indonesia, saat libur Lebaran, kami menyempatkan diri jauh-jauh dari Bekasi berkunjung ke mal Aeon yang baru buka di kawasan BSD. Di salah satu lantai, kami melihat ada toko mainan, dan tebak apa yang kami lihat di sana? Mesin gachapon! Woalah, jauh-jauh ke Jepang, ternyata di Tangerang juga ada... hahaha.
* Update terakhir, kemarin Minggu (23/8) jalan-jalan ke Pondok Indah Mal (PIM), ternyata di lantai 2 PIM 1 juga ada mesin gachapon. Satu koin cuma Rp 15 ribu. Cuma, Jeremy nggak ikutan, jadi nggak maksa mau main gachapon.

- gachapon yang bikin penasaran

No comments: